BeritaCilegonPendidikan

Refleksi Merdeka: Geger Cilegon dalam Sejarah yang Terabaikan

122
×

Refleksi Merdeka: Geger Cilegon dalam Sejarah yang Terabaikan

Share this article
Image Slider
banner 1
banner 2
banner 3
banner 4
banner 5
banner 6
banner 7
banner 8
banner 9
banner 10
banner 11
banner 12
banner 13
banner 14
banner 15
banner 16
banner 17

CILEGON, SINARINFO – Dalam suasana peringatan Hari Kemerdekaan ke-79, aula Training Center Kota Cilegon menjadi saksi dialog publik yang menyentuh akar sejarah perjuangan lokal, yang sering kali terabaikan dalam narasi besar kemerdekaan Indonesia. Dengan tema “Cilegon dan Perjuangan Masyarakat Banten Melawan Penjajah”, acara yang digagas oleh Pengurus Kedutaan Persiapan Ikatan Mahasiswa Cilegon Universitas Mangku Wiyata ini berhasil mengangkat kembali kenangan akan Geger Cilegon—sebuah peristiwa heroik yang kerap kali luput dari perhatian publik.

Bambang Irawan, sejarawan spesialis Geger Cilegon, memulai diskusi dengan menggambarkan pentingnya peristiwa tersebut dalam konteks perjuangan rakyat Banten. “Geger Cilegon bukan sekadar pemberontakan lokal, melainkan simbol perlawanan terhadap ketidakadilan kolonial. Ini adalah manifestasi dari semangat rakyat Banten yang menolak tunduk pada penjajahan,” ujar Bambang, menekankan bahwa sejarah lokal seperti ini sering kali terpinggirkan dalam narasi sejarah nasional.

Aris Muzhiat, sejarawan muda Banten yang kini berlabuh di Lab. Bantenologi, turut menambahkan perspektif bahwa Geger Cilegon adalah cerminan dari identitas Banten yang penuh perlawanan. “Kita perlu memahami, bahwa tanpa memahami sejarah lokal, kita kehilangan identitas kita. Generasi muda Cilegon harus terus menjaga api perjuangan ini agar tidak padam,” katanya.

Acara yang dihadiri oleh berbagai organisasi seni dan budaya lokal seperti Dewan Kesenian Cilegon, Gaksa, dan Sanggar Duta KS ini, juga menjadi ajang untuk menegaskan kembali pentingnya mengingat dan merayakan para pahlawan lokal. Dalam sambutannya, Vania Eriza, Kabid PAUD dan Pendidikan Non Formal yang mewakili Kepala Dinas Pendidikan Kota Cilegon, menekankan pentingnya pendidikan sejarah lokal di kalangan pelajar. “Melupakan sejarah sama saja dengan kehilangan jati diri. Kita harus terus mengajarkan sejarah ini kepada generasi muda agar mereka tahu dari mana mereka berasal dan kemana mereka akan membawa masa depan bangsa ini,” tuturnya.

Dialog ini juga menghadirkan harapan baru bagi upaya pelestarian sejarah Cilegon. Bambang Irawan dan Aris Muzhiat, sepakat bahwa acara seperti ini harus diperbanyak agar kisah-kisah heroik seperti Geger Cilegon tidak hilang ditelan zaman. Mereka mengajak semua pihak, terutama generasi muda, untuk lebih aktif menggali dan mempublikasikan sejarah lokal melalui berbagai media, baik akademik maupun populer.

“Sejarah tidak hanya tentang masa lalu, tetapi juga tentang membangun masa depan. Cilegon memiliki sejarah perlawanan yang luar biasa, dan tugas kita adalah menjaganya tetap hidup,” ujar Aris Muzhiat, menutup sesi dialog dengan optimisme.

Acara ini bukan hanya sebuah refleksi, tetapi juga sebuah panggilan untuk bertindak: menjaga dan merawat sejarah sebagai bagian dari identitas kita, agar semangat perjuangan para pahlawan Cilegon tetap menyala, menerangi jalan menuju masa depan yang lebih baik. (Az/Zein).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

banner 325x300