BantenBeritaPolitik

Batik Anggrek: Senjata Kampanye Airin di Pilkada Banten

89
×

Batik Anggrek: Senjata Kampanye Airin di Pilkada Banten

Share this article
Image Slider
banner 1
banner 2
banner 3
banner 4
banner 5
banner 6
banner 7
banner 8
banner 9
banner 10
banner 11
banner 12
banner 13
banner 14
banner 15
banner 16
banner 17

BANTEN, SINARINFO — Tidak sekadar menjadi pakaian, batik bagi Airin Rachmi Diany kini menjelma menjadi simbol strategi politik dalam ajang Pilkada Banten 2024. Berbeda dengan calon lain yang kerap menonjolkan program-program pembangunan fisik, Airin memilih jalur yang lebih personal dan berakar pada kearifan lokal: menjadikan batik motif anggrek sebagai identitas kampanye.

Batik berwarna hijau toska tersebut bukan sekadar pakaian tradisional. Motif anggrek yang digunakan Airin mencerminkan keterikatan dirinya dengan Kota Tangerang Selatan, daerah yang dipimpinnya selama 10 tahun. Batik ini menggambarkan flora yang menjadi ciri khas wilayah tersebut, di mana tanaman anggrek tumbuh subur di rawa-rawa dan hutan kota yang terjaga dengan baik. Ini bukan hanya soal pakaian, melainkan upaya Airin menegaskan komitmen terhadap pelestarian budaya, sekaligus menjadikannya alat kampanye yang tidak biasa.

“Batik ini bukan sekadar simbol, tetapi cerminan visi saya. Bahwa pembangunan tak hanya soal fisik, tapi juga budaya dan nilai-nilai lokal yang harus dijaga,” ujar Airin dalam perbincangan bersama awak media Rabu (2/10/2024), saat memperingati Hari Batik Nasional.

Langkah Airin yang memilih batik sebagai ikon kampanye pun dinilai tepat. Di tengah riuhnya persaingan kandidat yang umumnya mengedepankan pembangunan infrastruktur, Airin tampil dengan pendekatan yang lebih halus: membangun identitas yang mudah dikenali dan berkelanjutan. Bahkan, batik motif anggrek ini telah melekat pada setiap pertemuan resmi Airin, membuatnya mudah dikenali oleh masyarakat Banten.

“Selamat Hari Batik Nasional! Batik adalah warisan budaya yang harus kita jaga. Pengakuan UNESCO sebagai warisan budaya dunia pada 2009 silam adalah kebanggaan kita, tapi juga tanggung jawab besar untuk merawatnya,” ujar Airin.

Dengan pendekatan yang unik ini, Airin seolah ingin membawa pesan bahwa membangun Banten tidak bisa hanya diukur dari jalanan yang mulus atau gedung-gedung megah, tetapi juga dari seberapa kuat akar budayanya bertahan. Ia ingin menunjukkan bahwa di tengah hiruk pikuk politik, ada ruang untuk merawat identitas dan memperkuat kekayaan budaya lokal.

Dalam kampanyenya, Airin juga meluncurkan program bertajuk Kaya Pikat Kesos (Peningkatan Kearifan Budaya, Prestasi Masyarakat, dan Kehidupan Sosial), yang menekankan pentingnya melestarikan budaya sebagai bagian dari pembangunan. Di sini, pelestarian batik khas dari berbagai daerah di Banten menjadi salah satu fokus utama.

“Batik dari setiap kabupaten dan kota di Banten harus dihidupkan lagi. Ini tidak hanya soal seni, tetapi soal kebanggaan kita sebagai warga Banten,” tegasnya.

Pilihan Airin menjadikan batik sebagai simbol kampanye tak hanya menarik perhatian, tetapi juga membuka ruang dialog yang lebih luas tentang bagaimana politik bisa menjadi alat untuk menjaga identitas budaya. Alih-alih hanya menjanjikan pembangunan fisik, Airin menawarkan pembangunan yang berakar pada tradisi dan kekayaan budaya yang dimiliki Banten.

Dengan begitu, batik anggrek Airin bukan lagi sekadar busana, tapi sebuah pesan yang kuat: Banten tak hanya harus maju secara ekonomi, tetapi juga harus berdaya dengan budayanya. (AZ/ZDF)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

banner 325x300