CILEGON, SINARINFO — Di balik jeruji besi, sebuah upaya mandiri sedang tumbuh subur. Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II Cilegon tak hanya menjalankan fungsi pengamanan, tapi juga menjadi pusat pemberdayaan melalui Program Sarana Asimilasi dan Edukasi (SAE). Pada Rabu (2/10), warga binaan lapas sukses memanen kangkung dari lahan yang mereka kelola sendiri, memberi secercah harapan untuk masa depan yang lebih baik.
Bukan sekadar aktivitas rutin, panen kangkung ini adalah bagian dari strategi besar Lapas Cilegon untuk menciptakan ketahanan pangan sekaligus mempersiapkan warga binaan menghadapi dunia luar.
Program SAE, yang fokus pada kegiatan produktif seperti pertanian, memberikan keterampilan yang sangat relevan di tengah tingginya kebutuhan akan pertanian perkotaan.
Kepala Lapas Cilegon, Yosafat Rizanto, melihat potensi besar dalam kegiatan ini.
“Kami tidak hanya ingin warga binaan sekadar menjalani hukuman. Kami ingin mereka keluar dengan keterampilan baru yang bisa menopang hidup mereka, seperti pertanian ini,” tuturnya.
Uniknya, kegiatan bercocok tanam ini tak hanya soal menumbuhkan sayuran, tapi juga menumbuhkan harapan. Para warga binaan, yang biasanya hidup dalam tekanan dan keterbatasan, menemukan terapi dan pelipur lara melalui kerja di tanah.
“Bercocok tanam membuat kami merasa lebih manusiawi. Ada rasa bangga ketika melihat tanaman ini tumbuh, seolah ada harapan baru yang ikut tumbuh di dalam diri kami,” kata salah satu warga binaan yang terlibat dalam program tersebut.
Dengan program semacam ini, Lapas Cilegon berupaya mengubah persepsi masyarakat tentang narapidana—bahwa dari balik jeruji pun, seseorang masih bisa berkontribusi untuk ketahanan pangan dan masa depan yang lebih baik.