CILEGON, SINARINFO – Kasus tawuran dan bullying di sekolah terus menjadi permasalahan serius di Kota Cilegon. Menyikapi hal ini, Pjs Walikota Cilegon, Nana Supiana, bersama Sekda Kota Cilegon, Maman Mauludin, memprakarsai Rapat Koordinasi Rencana Aksi Penanganan Tawuran dan Bullying, yang melibatkan berbagai instansi terkait. Hadir dalam rapat tersebut DisDikBud Provinsi Banten, Kemenag Provinsi Banten, para camat se-Kota Cilegon, serta seluruh Kepala OPD Kota Cilegon.
Kabid P2PNFK Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Cilegon, Vania Eriza, memaparkan sejumlah langkah strategis untuk menanggulangi masalah ini. Salah satu pendekatan utama adalah melibatkan orang tua melalui program parenting dan pertemuan rutin. Selain itu, Dinas Pendidikan juga akan bekerja sama dengan tokoh masyarakat dan komunitas pendidikan untuk memperkuat gerakan anti-bullying dan pencegahan tawuran.
“Program ROOTS akan diterapkan untuk menciptakan budaya sekolah yang positif. Setiap sekolah akan memiliki duta anti-bullying dan anti-tawuran,” kata Vania.
Pemetaan area rawan tawuran di sekitar sekolah juga akan dilakukan, dengan pengawasan lebih ketat dari guru dan staf sekolah. Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Pengendalian Penduduk (DP3AP2KB) turut berperan dengan memberikan konseling kepada keluarga untuk membantu menangani masalah dari lingkungan rumah.
Langkah-langkah ini mendapat dukungan dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Banten yang bekerja sama dengan kepolisian dalam program preventif. Kementerian Agama turut ambil bagian dengan menyusun materi anti-bullying untuk disampaikan melalui program MATSAMA di madrasah.
Dalam menangani kasus yang lebih serius, seperti bullying yang mengarah pada pelecehan seksual, DP3AP2KB telah memberikan pendampingan psikologis kepada 56 anak korban. Program PATBM (Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat) juga digiatkan untuk mendorong masyarakat agar berani melaporkan kasus-kasus kekerasan.
Pjs Walikota Cilegon, Nana Supiana, menegaskan bahwa penanganan tawuran dan bullying membutuhkan kolaborasi dari berbagai elemen masyarakat, termasuk tokoh agama, pemuda, dan akademisi. “Ini bukan hanya soal menekan angka tawuran, tetapi juga tentang membangun kesalehan sosial dan meningkatkan kebahagiaan masyarakat Cilegon,” tuturnya.
Dengan berbagai upaya kolaboratif ini, Kota Cilegon diharapkan dapat menjadi kota yang ramah anak dan terbebas dari kekerasan di lingkungan pendidikan. (Har/Dam).