SINARINFO – Bullying di kalangan remaja kian menjadi masalah serius, seolah-olah menjadi tren yang dianggap “keren” di kalangan pelaku. Fenomena ini, di mana seseorang secara sengaja, berulang, dan agresif menyakiti orang lain baik secara fisik, emosional, atau mental, telah merambah banyak daerah, tak terbatas hanya pada kota-kota besar. Data dari UPTD Perlindungan Perempuan dan Anak Kota Cilegon mengungkapkan 83 kasus kekerasan, termasuk kekerasan fisik, psikis, seksual, dan penelantaran yang ditangani sepanjang Januari hingga September 2024.
Bullying sering kali dipandang sebagai candaan atau sekadar celotehan, padahal ini adalah masalah serius yang dapat berdampak pada perkembangan mental, fisik, dan emosional anak. Salah satu faktor penting dalam mencegah dan menangani kasus bullying adalah pola pengasuhan yang diterapkan oleh orang tua. “Peran orang tua sangat krusial dalam membentuk kepribadian dan karakter anak,” ujar Dr. Ratu Robiatul. A, MPH, mahasiswa Program Doktor Universitas Hasanuddin, dalam paparannya.
Penelitian menunjukkan, pola asuh yang diterapkan orang tua dapat memengaruhi perilaku anak, termasuk kecenderungan untuk melakukan bullying. Salah satu pola pengasuhan yang berkontribusi besar terhadap perilaku ini adalah pola asuh otoriter. “Pola asuh otoriter melibatkan kendali penuh orang tua atas kehidupan anak, penerapan hukuman berat, serta kurangnya kasih sayang dan komunikasi,” jelas Dr. Ratu.
Menurut penelitian di SMK Islamiyah Ciputat, sebanyak 57,1% perilaku bullying di kalangan siswa berasal dari keluarga dengan pola asuh otoriter. Pola asuh yang mengutamakan kontrol dan hukuman tanpa mempertimbangkan kebutuhan emosional anak ini dinilai meningkatkan kecenderungan anak menjadi agresif. Anak yang dibesarkan dalam lingkungan otoriter tidak hanya berisiko menjadi pelaku bullying, tetapi juga korban.
Untuk mengatasi masalah ini, Dr. Ratu menekankan pentingnya peran berbagai pihak, termasuk guru, otoritas pendidikan, masyarakat, dan terutama orang tua. “Orang tua perlu mengajarkan anak cara mengelola emosi, membangun kepribadian yang kuat, serta memiliki keterampilan komunikasi yang efektif,” ujarnya.
Kekejaman adalah tanda kelemahan. Hargai perbedaan, cegah bullying mulai dari kita semua. (Har/Mar).