CILEGON, SINARINFO – Ribuan guru madrasah di Kota Cilegon, termasuk para kiyai dan ustad, terus menanti keajaiban di tengah kekecewaan mendalam terhadap pemerintah kota. Sebanyak 5.189 guru madrasah hingga kini belum menerima honor daerah (Honorda) yang seharusnya menjadi hak mereka.
Ketua Forum Komunikasi Pendidikan Al-Qur’an (FKPQ), Eri Hazairin, menyampaikan bahwa selama tahun ini, Honorda yang dinanti-nanti oleh ribuan guru madrasah di Cilegon sama sekali tidak cair. Kekecewaan mendalam dirasakan oleh para pendidik yang telah lama mengabdi, terutama karena ini adalah kali pertama pencairan Honorda mandek sepanjang tahun.
“Proses penganggaran seharusnya sudah direncanakan satu tahun sebelumnya. Kalau memang ada kendala, mengapa triwulan pertama hingga ketiga berjalan lancar, tetapi di triwulan keempat tidak ada pencairan? Ini sangat aneh dan memunculkan spekulasi di kalangan kami,” ujar Eri.
Eri juga mengungkapkan bahwa guru-guru di bawah lembaga pendidikan Al-Qur’an yang ia bina, sejumlah 230 orang, sangat terdampak oleh kondisi ini. “Kami hanya bagian kecil. Secara keseluruhan, ada ribuan guru madrasah diniyah di Kota Cilegon yang menjadi korban kebijakan ini,” katanya.
Ironisnya, situasi ini terjadi di masa akhir jabatan Wali Kota Helldy Agustian, yang dinilai gagal oleh banyak pihak dalam memenuhi komitmen untuk mensejahterakan para guru madrasah. “Doa orang yang teraniaya akan dikabulkan oleh Allah SWT. Kami bersama para kiyai dan ustad terus berdoa agar hak ribuan guru ini segera diberikan,” tambah Eri.
Para guru madrasah, kiyai, dan ustad kini berharap penuh pada mukjizat dan langkah konkret dari pemerintah. Mereka menilai ketidakcairan Honorda adalah bentuk kedzaliman yang mencoreng upaya mensejahterakan para pendidik di Kota Cilegon. (Red).